Beranda | Artikel
Jumlahnya Sedikit Tapi Kedudukannya Mulia di Sisi Allah
Jumat, 18 Februari 2022

Bersama Pemateri :
Ustadz Abdullah Taslim

Jumlahnya Sedikit Tapi Kedudukannya Mulia di Sisi Allah adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Keutamaan dan Kemuliaan Ilmu. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abdullah TaslimM.A. pada Kamis, 15 Rajab 1443 H / 17 Februari 2022 M.

Ceramah Agama Islam Tentang Jumlahnya Sedikit Tapi Kedudukannya Mulia di Sisi Allah

Ibnul Qayyim Rahimahullahu Ta’ala menjelaskan ucapan dari Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘Anhu yang mengatakan “Mereka-mereka ini adalah orang yang paling sedikit jumlahnya di kalangan manusia tapi paling tinggi di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala kedudukan dan kemuliaan mereka.”

Inilah golongan manusia yang mulia karena membawa dan menegakkan ilmu, petunjuk Allah Subhanahu wa Ta’ala dan petunjuk RasulNya Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Mereka paling sedikit jumlahnya, tapi kedudukan dan kemuliaan mereka paling tinggi di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Maksudnya adalah golongan manusia ini yang paling sedikit jumlahnya dikalangan manusia. Ini yang menjadi sebab mereka itu terasing. Karena sesungguhnya jumlah mereka sedikit di kalangan manusia sedangkan kebanyakan manusia menyelisihi jalan mereka. Maka mereka memiliki jalan tersendiri dan manusia juga menempuh jalan tersendiri.

Mereka ini orang-orang yang teguh dengan ilmu, dengan petunjuk Allah Subhanahu wa Ta’ala dan RasulNya, maka ketika di akhir zaman jumlah mereka sedikit. Kebanyakan orang mengikuti keinginan hawa nafsu, mengikuti kejahilan, mengikuti keburukan-keburukan, sedangkan mereka berpegang teguh dengan kebenaran. Ini yang menjadikan jumlah mereka sedikit dan terasing di kalangan manusia.

Ibnul Qayyim membawakan hadits shahih yang terkenal, dari Abu Hurairah Radhiyallahu Ta’ala ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

‏ إِنَّ الإِسْلاَمَ بَدَأَ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ غَرِيبًا كَمَا بَدَأَ فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ

“Islam permulaan datangnya asing (sedikit yang mengikutinya) dan nanti akan kembali asing di akhir zaman sebagaimana permulaannya, maka beruntunglah orang-orang asing (karena mempertahankan agamanya).” (HR. Muslim)

Inilah orang-orang yang termulia dikalangan manusia, jumlah mereka sedikit. Makanya jumlah yang besar bukan merupakan ukuran kebenaran. Justru dalil-dalil dari Al-Qur’an dan hadits-hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menggambarkan tentang sedikitnya jumlah orang-orang yang mengikuti jalan yang benar, berpegang teguh dengan kebaikan, petunjuk Allah Subhanahu wa Ta’ala dan RasulNya, mereka ini asing di akhir zaman tapi mereka inilah yang justru kedudukannya paling tinggi di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Maka orang-orang yang beriman, dikalangan manusia jumlah mereka paling sedikit. Kemudian di kalangan orang-orang yang beriman sendiri orang-orang yang berilmu sedikit. Dan mereka-mereka yang mengamalkan ilmunya kemudian menegakkan, ini juga yang paling sedikit jumlahnya di kalangan para ulama. Maka mereka benar-benar asing.

Makanya ini kemuliaan yang harusnya dipegang oleh setiap orang yang beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan hari akhir, kesabaran yang harusnya dimiliki oleh para penuntut ilmu dalam meniti jalan ilmu yang agung ini.

Dan hati-hati kamu jangan sampai tertipu dengan hal yang memperdaya orang-orang yang jahil, yang punya pandangan yang bertentangan dengan dalil. Sesungguhnya mereka mengatakan: “Seandainya mereka-mereka ini diatas kebenaran maka mestinya jumlah mereka tidak sedikit dan mestinya manusia tidak akan menyelisihi mereka.” Ini pemahaman yang salah. Siapa yang mengatakan jumlah yang banyak atau kebiasaan yang dilakukan oleh manusia itu selalu menjadi ukuran kebenaran? Sehingga orang-orang yang menyelisihi kebiasaan manusia dikatakan salah? Tidak ada dalil yang menyebutkan hal ini.

Maka anggapan yang mengatakan harus mengikuti kebiasaan manusia dan menyelisihi mereka berarti menunjukkan ini salah, tentu ini anggapan yang bertentangan dengan dalil-dalil dari Al-Qur’an hadits-hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Ketahuilah bahwa mereka-mereka yang jumlahnya sedikit inilah justru yang disebut manusia sesungguhnya. Adapun orang-orang yang menyelisihi mereka, inilah yang menyerupai manusia (bukan manusia yang sesungguhnya). Tidak lain yang namanya manusia itu kecuali orang-orang yang mengikuti kebenaran dan berpegang teguh dengannya meskipun jumlahnya paling sedikit di kalangan manusia.

Ini adalah pernyataan yang menunjukkan kepada kita bahwa sesuatu dinilai dengan hakikatnya. Bukan dinilai dengan semata-mata pada penampilan fisiknya.

Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu Ta’ala ‘Anhu berkata:

لَا يكن أحدكم إمعة، يَقُول: أنا مَعَ النَّاس، ليوطن أحدكم نَفسه على أن يُؤمن وَلَو كفر النَّاس

“Janganlah salah seorang di antara kamu menjadi imma’ah, yaitu selalu mengatakan: ‘Saya mengikuti/bersama manusia, saya tidak ingin menyelisihi manusia meskipun manusia berbuat salah. Hendaknya masing-masing dari kalian meneguhkan pada dirinya bahwa dia tetap beriman meskipun semua manusia menyelisihi dan menjadi kafir.”

Maka jangan binasa ketika mereka binasa. Seharusnya kita berpegang teguh dengan kebenaran dan menjadi sebab untuk mendakwahi manusia agar mengikuti kebenaran. Bukan malah mengikuti pemahaman mereka yang dengan sebab ini menghancurkan diri kita sendiri dan juga menghancurkan mereka.

Jelas sekali pernyataan dari Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu Ta’ala ‘Anhu (sahabat yang mulia) yang menunjukkan kepada kita bagaimana sikap yang benar terhadap kebenaran dan bukan menjadikan ukuran kebenaran itu dengan keinginan atau apa yang diikuti kebanyakan manusia.

Allah Subhanahu wa Ta’ala sungguh telah mencela jumlah yang mayoritas di dalam beberapa ayat Al-Qur’an. Misalnya firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَإِن تُطِعْ أَكْثَرَ مَن فِي الْأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَن سَبِيلِ اللَّهِ…

“Dan jika engkau wahai Rasulullah mengikuti mayoritas manusia di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (QS. Al-An’am[6]: 116)

Ini menunjukkan bahwasanya keinginan mayoritas manusia itu bukan dalil yang menunjukkan keselamatan. Bahkan ditegaskan di dalam ayat ini kebanyakan manusia mengajak kepada kesesatan yang menyimpangkan dari jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:

وَمَا أَكْثَرُ النَّاسِ وَلَوْ حَرَصْتَ بِمُؤْمِنِينَ

“Dan tidaklah mayoritas manusia benar-benar beriman meskipun engkau sangat menginginkannya.” (QS. Yusuf[12]: 103)

Meskipun Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersemangat mendakwahi mereka, tetapi keadaan mayoritas manusia tetap berpaling dari keimanan. Ini jelas dinyatakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam ayat ini.

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:

وَقَلِيلٌ مِّنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ

“Dan sangat sedikit di antara hamba-hambaKu yang benar bersyukur.” (QS. Saba`[34]: 13)

Ini pernyataan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Jelas sekali di ayat ini yang menunjukkan hamba-hamba yang benar (bersyukur) itu sedikit jumlahnya, berarti banyak yang tidak bersyukur.

Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian dan simak penjelasan yang penuh manfaat ini..

Download MP3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/51426-jumlahnya-sedikit-tapi-kedudukannya-mulia-di-sisi-allah/